Nyeri Dada? Bisa saja STEMI. Berikut Pengertian, Tanda dan Gejala, serta Penyebab dari STEMI (ST Elevation Myocardial Infark).
DEFINISI
Sumber : https://www.vectorstock.com/royalty-free-vector/ecg-of-st-elevation-myocardial-infarction-stemi-vector-18615342 |
STEMI (ST Elevation Myocardial Infark) adalah
jenis serangan jantung yang sangat serius di mana salah satu arteri utama
jantung (salah satu arteri yang memasok darah kaya oksigen dan nutrisi ke otot
jantung) ter-blokir. Elevasi segmen ST adalah kelainan yang terdeteksi pada EKG
12-lead. (ECG Medical Training, 2015).
STEMI (ST Elevation Myocardial
Infark) adalah rusaknya bagian otot jantung
secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses
degeneratif maupun di pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan
nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan
EKG. STEMI adalah cermin dari pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat
total sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti, otot jantung yang
dipendarahi tidak dapat nutrisi-oksigen dan mati. (Sudoyo, dkk, 2009)
STEMI (ST Elevation Myocardial
Infark) merupakan
bagian dari spectrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri dari angina
pectoris tak stabil, IMA tanpa elevasi ST, dan IMA dengan elevasi ST. STEMI
umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah
oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya (Sudoyo, dkk,
2009).
STEMI (ST Elevation Myocardial
Infark) merupakan
gangguan aliran darah ke jantung yang menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran
darah di pembuluh darah terhenti setelah terjadi sumbatan koroner akut, kecuali
sejumlah kecil aliran kolateral dari pembuluh darah di sekitarnya. Daerah otot
di sekitarnya yang sama sekali tidak mendapat aliran darah atau alirannya
sangat sedikit sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi otot jantung, dikatakan
mengalami infark (Guyton, 2007 dalam ES Safitri, 2015).
STEMI (ST
Elevation Myocardial Infark) merupakan penyakit yang menunjukan suatu daerah nekrosis miokardium
akibat iskemia total. MI akut yang terkenal sebagai “Serangan jantung”, merupakan
penyebab tunggal tersering kematian dan merupakan salah satu diagnosis rawat
inap tersering di Negara maju (Kumar, 2007 dalam Hudromi, 2017).
PENYEBAB/ETIOLOGI
Ketidakadekuatan
aliran darah akibat dari penyempitan, sumbatan, arteri koronaria akibat
terjadinya aterosklerosis, atau penurunan aliran darah akibat syok atau
perdarahan.
Faktor resiko menurut Framingham:
1.
Hiperkolesterolemia
: > 275 mg/dl
2.
Merokok
sigaret : > 20/hari
3.
Kegemukan
: > 120 % dari BB ideal
4.
Hipertensi
: > 160/90 mmHg
5.
Gaya
hidup monoton
Faktor-faktor lain yang dapat memungkinkan berkembangnya
STEMI adalah sebagai berikut :
1.
Riwayat penyakit jantung keluarga
2.
Kepribadian tipe A (sangat ambisius,
pandangan kompetitif, serba cepat)
3.
Diabetes melitus atau toleransi glukosa
abnormal
4.
Jenis kelamin pria
5.
Menggunakan kontrasepsi oral
6.
Menopause
7. Diet kolesterol tinggi dan lemak tinggi
TANDA DAN GEJALA
Pasien
yang datang dengan keluhan nyeri dada perlu dilakukan anamnesa secara cermat
apakah nyeri dadanya berasal dari jantung atau dari luar jantung. Jika
dicurigai nyeri dada yang berasal dari jantung dibedakan apakah nyerinnya
berasal dari koroner atau bukan. Perlu dianamnesis pula apakah ada riwayat
infark miokard sebelumnya serta faktor-faktor risiko antara lain hipertensi,
diabetes militus, dislipidemia, merokok, stress serta riwayat sakit jantung
koroner pada keluarga.
1. Nyeri Dada
Bila
dijumpai pasien dengan nyeri dada akut perlu dipastikan secara cepat dan tepat
apakah pasien menderita IMA atau tidak. Diagnosis yang terlambat atau yang
salah dalam jangka panjang dapat menyebabkan konsekuensi yang berat.
Nyeri
dada tipikal (angina) merupakan gejala cardinal pasien IMA. Gejala ini
merupakan petanda awal dalam pengelolaan pasien IMA. Sifat nyeri dada angina sebagai
berikut:
1)
Lokasi:
substernal, retrosternal, dan prekordial.
2)
Sifat
nyeri: rasa sakit seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat, seperti
ditusuk, rasa diperas, dan diplintir.
3)
Penjalaran
ke: biasanya ke lengan kiri, dapat juga ke leher, rahang bawah, gigi,
punggung/interskapula, perut, dan juga ke lengan kanan.
4)
Nyeri
membaik atau hilang dengan istirahat, atau obat nitrat.
5)
Faktor
pencetus: latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah makan.
6)
Gejala
yang menyertai: mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin, cemas dan lemas.
Diagnosis
banding nyeri dada STEMI antara lain perikarditis akut, emboli paru, diseksi
aorta akut, kostokondritis dan gangguan gastrointestinal, Nyeri dada tidak
selalu ditemukan pada STEMI. STEMI tanpa nyeri lebih sering dijumpai pada
diabetes militus dan usia lanjut.
Sebagian
besar pasien cemas dan tidak bisa istirahat (gelisah). Seringkali ekstremitas
pucat disertai keringat dingin. Kombinasi nyeri dada substernal >30 menit
dan banyak keringat dicurigai kuat adanya STEMI. Sekitar seperempat pasien
infark anterior mempunyai manifestasi hiperaktivitas saraf simpatis (takikardi
dan atau hipotensi). Tanda fisis lain penurunan intensitas bunyi jantung
pertama dan split paradoksikal bunyi jantung kedua. Dapat ditemukan murmur
midsistolik atau late sistlik apical yang bersifat sementara karena disfungsi
apparatus katup mitral dan pericardial friction rub. Peningkatan suhu sampai
38°C dapat dijumpai dalam minggu pertama pasca STEMI.
Diagnosis
IMA dengan elevasi ST ditegakkan berdasarkan anamnesis nyeri dada yang khas dan
gambaran EKG adanya elevasi ST ≥2mm, minimal pada 2 sandapan prekordial yang
berdampingan atau ≥1mm pada 2 sandapan ekskremitas. Pemeriksaan enzim
jantung, terutama troponin T yang meningkat, memperkuat diagnosis, namun
keputusan memberikan terapi revaskularisasi tak perlu menunggu hasil
pemeriksaan enzim, mengingat dalam tatalaksana IMA, prinsip utama penatalaksanaan
adalah time is muscle.
2.1.4. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan
laboratorium harus dilakukan sebagai bagian dalam tatalaksana pasien STEMI
namun tidak boleh menghambat implementasi terapi.
1. Petanda (Biomarker) Kerusakan
Jantung
Pemeriksaan
yang dianjurkan adalah Creatinin Kinase (CK)MB dan cardiac specific troponin
(cTn)T atau cTn1 dan dilakukan secara serial. cTn harus digunakan sebagai
petanda optimal untuk pasien STEMI yang disertai kerusakan otot skeletal,
karena pada keadaan ini juga akan diikuti peningkatan CKMB. Pada pasien dengan
elevasi ST dan gejala IMA, terapi reperfusi diberikan segera mungkin dan tidak
tergantung pada pemeriksaan biomarker. Pengingkatan nilai enzim di atas 2 kali
nilai batas atas normal menunjukkan ada nekrosis jantung (infark miokard).
a.
CKMB:
meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-24
jam dan kembali normal dalam 2-4 hari. Operasi jantung, miokarditis dan
kardioversi elektrik dapat meningkatkan CKMB.
b.
cTn:
ada 2 jenis yaitu cTn T dab cTn I. Enzim ini meningkat setelah 2 jam bila ada
infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan cTn T masih dapat
dideteksi setelah 5-14 hari, sedangkan cTn I setelah 5-10 hari.
2. Pemeriksaan enzim jantung yang lain
yaitu:
a.
Mioglobin:
dapat dideteksi satu jam setelah infark dan mencapai puncak dalam 4-8 jam.
b. Creatinin Kinase (CK): Meningkat
setelah 3-8 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-36 jam dan
kembali normal dalam 3-4 hari.
c.
Lactic
dehydrogenase (LDH): meningkat setelah 24 jam bila ada infark miokard, mencapai
puncak 3-6 hari dan kembali normal dalam 8-14 hari.
Reaksi
non spesifik terhadap injuri miokard adalah leukositosis polimorfonuklear yang
dapat terjadi dalam beberapa jam setelah onset nyeri dan menetap selama 3-7
hari. Leukosit dapat mencapai 12.000-15.000/u1.
Comments
Post a Comment